Beberapa orang datang ke Lombok buat cari sunset.
Ada juga yang kejar-kejar sunrise di Bukit Merese, atau pengen nyobain snorkel di Gili yang lautnya sebening kolam rendam malaikat.
Tapi gue? Gue suka yang lebih “tenang”—yang bisa bikin hati berdesir pelan tapi dalam. Kayak Pasar Seni Sesela.
Awalnya gue kira ini cuma pasar biasa.
Yang isinya gantungan kunci, baju bordir, atau topi rotan yang udah sering banget gue lihat di tempat wisata.
Tapi ternyata… ini lebih dari itu.
Gue datang ke sana hari Selasa, sekitar jam 10 pagi.
Suasana masih sepi, tapi bukan sepi yang bikin canggung.
Lebih kayak… sepi yang menyambut. Ada hawa adem yang gak berasal dari AC, tapi dari keramahan.
Satu per satu pedagang senyum. Bukan senyum jualan yang terpaksa, tapi senyum kayak “selamat datang di rumah kami.”
Dan dari situ, semuanya mulai terasa beda.
Di balik anyaman, ada cerita.
Gue mampir ke salah satu kios yang menjual aneka kerajinan bambu. Mulai dari tas, nampan, sampai tempat tisu yang desainnya estetik banget. Gue tanya, “Ini bikin sendiri, Pak?”
Dia jawab sambil senyum, “Iya. Anak-anak muda di kampung sini juga belajar bikin. Warisan dari nenek moyang kami.”
Dan boom. Tiba-tiba belanja jadi refleksi.
Gue pegang tas rotan itu dan gue bayangin tangan-tangan yang ngerajutnya. Bukan mesin, bukan pabrik. Tapi manusia. Dengan kesabaran. Dengan cinta. Dengan nilai-nilai yang mungkin udah mulai langka di tempat lain.
Gue gak cuma belanja, tapi belajar.
Belajar bahwa di Pasar Seni Sesela, barang-barang yang dijual itu bukan sekadar “oleh-oleh”, tapi hasil dari proses panjang.
Ada nilai budaya yang dijaga. Ada filosofi yang ditenun dalam tiap helai benang. Bahkan warna-warna yang digunakan bukan asal pilih, tapi punya makna.
Dan itu semua… bisa lo rasain, kalau lo mau melambat sejenak.

Lalu, tiba-tiba gue sadar…
Di tengah hiruk-pikuk pariwisata Lombok yang makin ramai, Pasar Seni Sesela ini kayak ruang pereda. Tempat lo bisa ‘napas’ sejenak.
Gak ada musik keras. Gak ada keramaian yang bikin overthinking.
Tapi ada ibu-ibu yang cerita soal bagaimana mereka belajar menenun dari ibunya,
ada bapak-bapak yang dengan bangga tunjukin hasil ukirannya,
dan ada anak-anak muda yang ikut menjaga warisan budaya, bukan malah ninggalin.
Gue diem. Ngamatin.
Dan entah kenapa… hati gue hangat.
Ini bukan sekadar pasar. Ini panggung budaya.
Lo tahu gak sih, kita sering ke tempat wisata cuma buat “liat-liat” tapi jarang “ngerasain”?
Nah, di Sesela, lo bisa ngerasain. Bukan karena ada pertunjukan megah atau galeri keren. Tapi karena suasana dan ketulusan manusianya.
Setiap tawa, sapaan, dan cerita itu terasa jujur.
Mereka gak jual keindahan, tapi ketulusan.
Dan jujur aja, itu jauh lebih mahal dari apapun yang lo bisa beli di toko souvenir bandara.
Jadi, apa hubungannya semua ini dengan layanan rental mobil gue?
Gue gak jual budaya. Tapi gue pengen bantu lo sampai ke tempat-tempat yang bisa nyentuh hati lo—kayak Pasar Seni Sesela ini.
Gue sadar, orang datang ke Lombok bukan cuma buat jalan-jalan. Tapi buat nemuin sesuatu yang mereka gak dapet di kota.
Kedamaian. Keaslian. Koneksi.
Makanya, lewat Lombok Permata, gue pengen jadi bagian dari perjalanan itu.
Bukan sekadar ngasih mobil yang nyaman, tapi juga pengalaman yang berkesan.
Supir kami bukan cuma paham jalan, tapi juga paham cerita. Paham tempat-tempat yang gak masuk brosur wisata. Tempat kayak Sesela ini—yang bisa bikin lo pulang bawa lebih dari sekadar foto.
Dan mungkin, ini juga yang kita lupa:
Liburan itu bukan tentang check-list tempat populer. Tapi tentang momen kecil yang ninggalin jejak di hati.
Kayak waktu lo duduk di bale bambu, ditemenin teh hangat, sambil dengerin ibu-ibu cerita soal motif tenun yang diwarisin dari neneknya.
Atau saat lo beli satu barang kecil, tapi isinya doa dan harapan satu keluarga.
Itu yang bikin liburan lo jadi bermakna.
Akhirnya gue paham…
Kadang, kita gak butuh destinasi yang megah buat bikin hati kita hangat.
Cukup tempat kecil dengan cerita besar.
Dan cukup hadir dengan penuh rasa ingin tahu.
Pasar Seni Sesela bukan cuma tempat belanja.
Itu tempat di mana lo bisa belajar apa artinya jadi manusia—yang nyambung sama akar budayanya, yang punya rasa, dan yang ngerti cara menghargai waktu serta proses.
Dan kalau lo ke Lombok, gue saranin… sempatin ke sini.
Naik mobil rental mobil Lombok dari Lombok Permata, duduk tenang, biar kami antar lo ke tempat yang bukan cuma cantik di luar, tapi juga bikin hati lo tenang.
Karena kadang, yang kita cari… bukan tempat, tapi rasa.
Dan di Sesela, rasa itu masih hidup.