Desa Lingsar: Tradisi Unik Wetu Telu dan Wisata Sejarah

Beberapa minggu terakhir ini gw sering mikir…
Kenapa ya setiap kali tiba di Lombok, hati gw langsung ngerasa tenang? Teman curhat, gw dengerin cerita mereka soal petualangan di pantai, gunung, dan air terjun. Gw ikutan terharu, tapi tetap saja… hati gw kayak flat. Nggak kayak dulu, pas pertama kali gw berangkat ke Desa Lingsar, rasanya beda—ada getaran antisipasi yang bikin jiwa gw bergelora.

Interview beberapa pengunjung di YouTube banyak yang cerita romantis soal sunset Senggigi atau trekking Rinjani. Tapi soal Wetu Telu, banyak yang belum paham. Padahal, desa kecil ini menyimpan ritual warisan nenek moyang yang langka dan menawan. Gw sempat mikir, jangan-jangan empati gw tumpul karena terlalu sering dengar cerita mainstream? Tapi begitu gw amati lebih dalam, gw tahu kekaguman itu datang karena kombinasi pengalaman gw sendiri—jelajah budaya sambil duduk nyaman di mobil sewaan.

Akhirnya gw coba cari tahu lebih detail.
Gw ngobrol sama tetua adat di Lingsar, baca referensi sejarah, nonton vlog, terus gw refleksi dari semua aktivitas gw jelajah Lombok dalam beberapa tahun terakhir. Mungkin nih yaa, sekali lagi… gw bilang mungkin… rasa chill dan takjub gw waktu di Lingsar itu hasil kombinasi beberapa hal yang gw alami:

PERTAMA: Praktisnya Sewa Mobil Lombok Permata
Gw mulai perjalanan dari Mataram pagi-pagi, pakai mobil sewaan Lombok Permata. Gak perlu ribet naik angkot, bayar ojek online yang kadang taksinya susah sinyal. Tinggal Whatsapp, sopir datang, dan kita langsung cus ke Lingsar.
Karena fleksibel, gw bisa mampir dulu di warung kopi Lombok, nikmati kopi gula Aren sambil liat Gunung Rinjani menjulang. Nggak ada tekanan waktu, jadi gw bisa santai.

KEDUA: Menguak Tradisi Wetu Telu
Wetu Telu, artinya “tiga waktu”, adalah tradisi unik masyarakat Islam Sasak yang memadukan tiga agama—Islam, Hindu, dan Buddha—dalam satu ritual. Gw inget waktu pertama kali lihat prosesi “Masok Ngaras” di Pura Lingsar. Banyak sesaji bunga, dupa, dan ketupat. Ada pemuka agama Islam baca doa, lalu tabuhan gamelan mengiringi sembahyang Hindu. Gw berdiri di antara kerumunan, merasa sedih sekaligus kagum melihat toleransi sakral ini.
Kalau naik transportasi umum, mungkin gw cuma nonton sekilas. Berkat sewa mobil lombok murah, gw bisa datang pagi-pagi, mendapat tempat di barisan depan, dan berbincang langsung dengan tetua adat.

KETIGA: Wisata Sejarah dalam Satu Kompleks
Selain pura, Komplek Makam Batu Layar di Lingsar juga penuh cerita. Konon, di sini dikebumikan tokoh penting yang membantu menyebarkan Islam di Pulau Lombok. Batu nisan tua berdiri rapi di halaman lapang, dikelilingi pepohonan rindang. Gw jalan kaki mengitari area, merasakan aura masa lalu yang menenangkan.
Di ujung komplek, gw nemu prasasti kuno yang menjelaskan proses perpindahan agama secara damai. Dulu gw sering baca di buku, tapi sekarang gw bisa menyentuh batu prasasti itu langsung—sensasinya beda.

KEEMPAT: Interaksi dengan Warga Lokal
Gw sempat diajak ngobrol sama ibu-ibu warga Sasak yang sedang menyiapkan tumpeng ketupat. Mereka cerita, “Wetu Telu itu warisan leluhur, agar umat tetap rukun meski perbedaan.” Gw ikut bantu menata sesaji, dan tiba-tiba gw merasa seperti bagian dari ritual, bukan sekadar penonton.
Gak mungkin gw jalani interaksi ini kalau naik mobil sewaan yang gak fleksibel. Lewat Lombok Permata, gw bebas minta berhenti di pekarangan rumah warga, tanpa takut ketinggalan rombongan.

KELIMA: Dokumentasi Tanpa Ribet
Gw suka motret dan bikin vlog, tapi ribet pegang kamera sambil naik motor. Di mobil, gw bisa naruh kamera, ganti lensa, dan merekam momen sakral itu dengan stabil. Hasilnya vlog gw dapet banyak view, karena pengunjung online juga penasaran sama Wetu Telu—padahal banyak yang belum tau tentang tradisi ini.

Rekomendasi Itinerary Lingsar yang Santai

  • Pukul 07.00 – Berangkat dari Mataram
    Jemput sopir Lombok Permata, nikmati perjalanan lewat jalan raya Kuta.
  • Pukul 08.30 – Pura Lingsar
    Saksikan ritual Wetu Telu, ikut prosesi Masok Ngaras, dan catat detil kain tenun Sasak.
  • Pukul 10.00 – Makam Batu Layar
    Jalan kaki keliling komplek, baca prasasti, dan dengar kisah penyebaran agama.
  • Pukul 12.00 – Makan Siang di Warung Lokal
    Cicip sate rembiga atau ayam taliwang, disajikan pedas manis khas Lombok.
  • Pukul 13.30 – Explore Desa Sade
    Singgah ke Desa Sade untuk melihat anyaman dan rumah adat Sasak.
  • Pukul 15.00 – Kembali ke Mataram
    Singgah di pantai Senggigi sejenak untuk sunset ringan sebelum pulang.

Gw mulai paham, perjalanan ke Desa Lingsar itu bukan sekadar checklist destinasi, tapi pengalaman menyelami harmoni budaya dan sejarah. Dan semua itu jadi lebih bermakna dengan layanan sewa mobil Lombok Permata yang praktis, nyaman, dan sopirnya ramah.

Kalau lo ngerasa sekarang hidup lo perlu jeda—bukan cuma buat selfie, tapi juga buat menghadirkan ketenangan batin—coba deh sempetin ke Desa Lingsar. Percaya deh, lo bakal ngerasain betapa “chill” itu bukan soal jauh dari keramaian, tapi soal dekat dengan sejarah dan tradisi yang menyejukkan jiwa.

Desa Lingsar menunggu, Wetu Telu menanti, dan Lombok Permata siap mengantar lo.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *