Beberapa waktu lalu, gue sempet ke Gili Meno — pulau yang katanya paling “sunyi” di antara tiga Gili terkenal di Lombok. Gili Trawangan terlalu ramai, Gili Air terlalu sosial, tapi Gili Meno… ya, ini pulau buat yang pengen bener-bener diam. Gak ada deru motor, gak ada musik pantai sampai malam. Yang kedengeran cuma suara ombak, dan kadang… kicau burung dari kejauhan.
Waktu itu, gue gak nyangka bakal nemuin sesuatu yang unik di tengah pulau sekecil ini — sebuah tempat bernama Gili Meno Bird Park.
Awalnya gue kira cuma taman kecil biasa, tapi ternyata pengalaman di sana justru ngebuka cara pandang gue soal “wisata tenang yang tetap berisi”.
Begitu sampai, hawa damainya langsung terasa. Udara lembab, tapi segar banget. Burung-burung beterbangan, dan ada satu suara merdu yang entah dari mana asalnya — ternyata burung nuri Afrika yang bisa nyapa pengunjung dengan bahasa campur-campur.
Lucunya, dia bilang, “Hello… makan dulu?”
Dan semua orang di sekitar langsung ketawa.
Di taman ini, lo bisa lihat lebih dari seratus jenis burung dari berbagai belahan dunia. Dari elang, merpati eksotis, sampai burung merak yang anggun banget pas buka sayapnya. Tapi yang bikin gue betah bukan cuma burung-burungnya — melainkan suasana yang diciptain di sana.
Taman ini gak cuma soal hiburan, tapi juga edukasi. Lo bisa ngobrol sama pemandu yang paham banget soal perilaku dan karakter tiap burung. Mereka cerita dengan nada santai, kayak ngobrol sama temen lama yang lagi semangat banget ceritain hobinya.
Sambil duduk di bawah rindangnya pohon, gue sempet kepikiran: kadang manusia juga kayak burung. Pengen bebas, tapi tetap butuh tempat pulang.
Burung-burung di sini dilindungi, dirawat, dan diberi ruang buat tetap terbang — walaupun dalam batas taman. Tapi dari situ gue belajar, bahwa kebebasan gak selalu berarti tanpa batas. Kadang, justru batas itulah yang bikin kita bisa bertahan.
Gili Meno Bird Park ini cocok banget buat lo yang udah bosan sama wisata pantai yang itu-itu aja.
Anak-anak seneng, karena bisa lihat burung dari dekat dan belajar langsung. Orang dewasa juga betah, karena suasananya tenang, adem, dan berasa kayak nyatu sama alam.
Dan buat yang suka foto-foto?
Sudut-sudut di taman ini tuh cantik banget. Setiap langkah bisa jadi spot estetik. Ada jembatan bambu, rumah burung warna-warni, sampai kolam kecil yang pantulannya bikin suasana makin magis.
Gue sempet mikir, kok bisa ya, di pulau sekecil ini, ada tempat yang nyimpen “jiwa besar” kayak gini?

Nah, soal transportasi — ini bagian yang sering disepelein padahal penting banget.
Kalau lo start dari Lombok, biasanya perjalanan dimulai dari Pelabuhan Bangsal. Dari situ, lo tinggal naik boat ke Gili Meno, sekitar 20-30 menit aja. Tapi biar perjalanan lo lebih gampang dan gak ribet mikirin waktu kapal, gue saranin buat sewa mobil Lombok Bandara dulu buat menuju pelabuhan.
Karena jujur aja, transportasi umum ke arah sana gak terlalu fleksibel, apalagi kalau lo bawa rombongan atau barang banyak.
Makanya, layanan rental mobil Lombok kayak yang disediain Lombok Permata itu jadi solusi paling efisien. Lo bisa atur jadwal sesuka hati, berhenti di spot mana pun sebelum nyebrang, dan yang paling penting — perjalanan lo jadi santai, gak dikejar waktu.
Di perjalanan balik, gue duduk di tepi dermaga Gili Meno sambil liatin matahari turun pelan di ufuk barat. Ada rasa aneh tapi manis — kayak nostalgia dari masa kecil yang gak sengaja muncul lagi.
Mungkin karena suara burung-burung yang masih kedengeran dari kejauhan, atau mungkin karena pulau ini ngajarin gue hal sederhana: tenang bukan berarti sepi, dan diam bukan berarti kosong.
Gili Meno Bird Park bukan cuma taman burung.
Buat gue, ini tempat di mana lo bisa ngerasain keseimbangan antara alam, hewan, dan manusia dalam bentuk paling sederhana.
Gak ada hiruk pikuk, gak ada distraksi — cuma alam yang ngomong lewat kicauan.
Jadi kalau suatu hari nanti lo pengen liburan tapi gak cuma buat “kabur”, melainkan buat “nyembuhin diri”, datanglah ke sini.
Nikmati tiap langkah kecil di taman burung itu. Dengarkan suara alam tanpa tergesa-gesa.
Dan setelahnya, mungkin lo juga bakal ngerti — kenapa Gili Meno bukan cuma pulau kecil di peta, tapi juga ruang hening yang bisa bikin lo pulang ke diri sendiri.
Dan seperti banyak perjalanan di Lombok, semuanya akan lebih mudah dan menyenangkan kalau lo ngerasainnya dengan cara yang bebas — nyetir mobil sendiri, jalan pelan-pelan, berhenti kapan pun lo mau.
Karena kadang, perjalanan paling berkesan justru dimulai bukan dari tujuan, tapi dari cara lo menikmatinya.
Gili Meno ngajarin gue satu hal penting:
Ketenangan itu gak perlu dicari jauh-jauh, cukup lo temuin di tempat yang mengizinkan lo untuk diam — dan mendengar.
