Beberapa hari terakhir gue kepikiran satu hal: kenapa setiap kali gue baca sejarah Lombok, nama Desa Bonjeruk selalu muncul? Ada sesuatu di desa ini yang bikin penasaran. Kayak ada magnet yang narik gue buat nyelam lebih dalam ke ceritanya.
Awalnya, gue cuma tahu Bonjeruk itu salah satu desa tua di Lombok Tengah. Tapi ternyata, desa ini bukan sekadar kampung biasa. Ada cerita panjang soal bagaimana Hindu pertama kali masuk ke Lombok lewat desa ini. Dan entah kenapa, gue ngerasa ada vibe yang beda kalau dengerin kisahnya.
Sejarah Hindu yang Membekas
Konon, Bonjeruk adalah tempat di mana ajaran Hindu pertama kali menginjakkan kaki di Lombok. Bayangin, ratusan tahun lalu, para pendatang dari Bali membawa budaya dan keyakinan mereka ke desa ini. Dari situ, banyak tradisi dan seni yang masih bertahan sampai sekarang.
Lo bisa lihat dari pura-pura tua yang masih berdiri gagah di Bonjeruk. Setiap batu di pura itu kayak punya cerita. Ada ukiran yang mungkin sudah ratusan tahun, tapi tetap kokoh kayak mau bilang, “Gue saksi dari semua perubahan zaman.” Gue jadi mikir, kadang kita sibuk ngejar hal-hal baru, tapi lupa bahwa akar budaya kita justru bikin hidup terasa lebih kaya.
Kuliner dan Pasar Legendaris
Selain sejarahnya, Bonjeruk juga terkenal sama pasar tradisionalnya. Ini bukan pasar biasa. Lo bakal nemu suasana klasik kayak film lama, dengan ibu-ibu yang jualan sayur segar, bumbu khas Lombok, sampai kue tradisional yang mungkin udah jarang lo temuin di kota.
Yang bikin gue terkesan, warga sini punya cara hidup yang santai tapi penuh makna. Mereka nggak terlalu ribet sama urusan duniawi, tapi tetap hangat dan ramah. Dan gue rasa, kalau lo datang ke Bonjeruk, lo bakal ngerasain aura itu.

Wisata yang Gak Mainstream
Bonjeruk itu bukan destinasi mainstream kayak pantai-pantai Lombok yang udah viral. Tapi justru di situlah daya tariknya. Lo bisa jalan santai, liat sawah, ngobrol sama warga, dan denger cerita-cerita lama soal kedatangan Hindu. Kadang, pengalaman kayak gini jauh lebih berkesan daripada sekadar foto di spot hits yang penuh orang.
Gue sempet mikir, kalau mau ke Bonjeruk, paling aman dan nyaman ya pakai layanan Penyedia sewa mobil Lombok kayak yang ada di Lombok Permata. Lo tinggal duduk manis, biarin supir lokal yang ngerti jalanan nganterin lo, dan lo bisa fokus nikmatin setiap sudut desa.
Jadi apa yang gue dapet dari cerita tentang Bonjeruk ini? Gue belajar bahwa sejarah bukan cuma buat dihafalin di buku sekolah. Sejarah itu hidup, bernafas, dan bisa lo rasain kalau lo mau nyelam lebih dalam. Desa Bonjeruk adalah contoh nyata gimana budaya bisa bertahan meskipun dunia terus berubah.
Kadang gue mikir, hidup kita tuh mirip sama desa ini. Kita punya akar, punya cerita lama yang ngebentuk siapa kita sekarang. Tapi sering banget kita sibuk ngejar hal-hal baru sampai lupa sama akar itu. Mungkin, sesekali kita perlu ‘pulang’ ke hal-hal sederhana kayak Bonjeruk buat inget bahwa kita nggak pernah sendirian di perjalanan hidup ini.
Kalau lo lagi di Lombok dan pengen dapet pengalaman yang beda, coba deh mampir ke Bonjeruk. Jangan cuma datang buat foto-foto, tapi rasain atmosfernya, ngobrol sama warga, dan dengerin cerita sejarahnya. Gue yakin, lo bakal pulang dengan perspektif baru.
Dan ingat, perjalanan ke tempat-tempat kaya sejarah kayak gini lebih nyaman kalau lo nggak repot mikirin transportasi. Dengan rental mobil Lombok di Lombok Permata, lo bisa nikmatin perjalanan tanpa pusing mikirin rute. Semua udah di-handle sama orang lokal yang tau medan.
Gue rasa, Bonjeruk bukan cuma desa tua yang penuh cerita. Dia juga kayak guru yang ngajarin kita soal ketenangan, kesederhanaan, dan pentingnya menghargai akar budaya kita. Dan entah kenapa, cerita ini bikin gue ngerasa lebih ‘grounded’.
Mungkin, itu sebabnya Desa Bonjeruk terus hidup dalam ingatan orang-orang yang pernah datang. Karena dia nggak cuma tempat, tapi juga rasa.