Desa Mujur: Pesona Kampung Nelayan dengan Tradisi Kuno di Lombok

Beberapa hari terakhir ini gw kepikiran soal desa-desa di Lombok yang punya cerita unik. Ada satu nama yang tiba-tiba nyangkut di kepala: Desa Mujur. Katanya, ini kampung nelayan dengan tradisi kuno yang masih hidup sampai sekarang. Gw penasaran, kok bisa ya di tengah derasnya arus modernisasi, ada tempat yang tetep santai kayak nggak keburu-buru?

Gw mulai kepoin lewat cerita orang-orang. Ada nelayan tua yang bilang, “Di Mujur, laut itu bukan sekadar tempat cari ikan, tapi bagian dari jiwa.” Itu kalimat sederhana, tapi gw berasa kayak ditabok pelan. Di kota, kita sibuk kejar target, dikejar deadline, sampai lupa kalau ada kehidupan yang ritmenya jauh lebih tenang.

HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN LAUT
Mungkin karena gw udah terlalu lama hidup di kota, cerita tentang Desa Mujur terasa kayak dongeng. Di sini, setiap pagi nelayan berangkat ke laut bukan cuma buat cari rezeki, tapi juga buat “ngobrol” sama ombak. Gw bayangin gimana mereka baca arah angin, rasa asin di udara, dan bunyi perahu yang pelan-pelan menjauh dari pantai. Rasanya damai.

Tradisi kuno yang gw denger paling menarik adalah ritual sebelum melaut. Ada semacam doa dan persembahan kecil ke laut. Bukan karena mereka percaya pada hal mistis, tapi karena rasa hormat ke alam yang udah kasih mereka hidup. Gw jadi mikir, di kota kita kadang lupa berterima kasih sama hal-hal sederhana.

TARIAN DAN UPACARA TRADISI
Di Desa Mujur, ada tari-tarian yang biasanya dibawain saat panen ikan besar atau saat ada acara syukuran desa. Ini bukan sekadar hiburan, tapi simbol kebersamaan. Gw sempet liat videonya di YouTube, dan sumpah, itu vibes-nya beda. Orang-orang nggak pake lighting heboh atau panggung megah, tapi ketawa dan semangatnya kerasa sampai layar.

Gw jadi sadar, mungkin ini salah satu alasan kenapa desa ini tetap “adem.” Mereka punya cara sendiri buat ngerayain hidup. Kadang di kota kita butuh banyak hal mahal buat merasa bahagia, padahal di Mujur, mereka cuma butuh musik tradisional dan teman-teman yang ikut nari.

MAKANAN HASIL LAUT
Lo tau nggak rasanya makan ikan yang baru diangkat dari laut, dibakar pake arang kelapa, terus dimakan rame-rame di pinggir pantai? Gw ngebayangin aja udah bikin perut keroncongan. Di Desa Mujur, masakan dari hasil laut itu kayak bahasa cinta. Mereka masak nggak ribet, tapi rasanya… gila, enak banget.

Beda banget sama restoran di kota yang kadang plating lebih niat daripada rasanya. Di sini, rasa asin alami dari laut udah jadi bumbu utama. Mungkin itu juga yang bikin orang desa ini nggak gampang stress—karena makanannya bikin hati tenang.

JALAN KE DESA MUJUR
Gw sempet mikir, kalau gw mau ke sana, gimana caranya? Ternyata gampang banget kalau lo ada di Lombok. Dari bandara atau pusat kota, lo bisa pake layanan rental mobil Lombok dari Lombok Permata. Nyetir santai, sambil nikmatin pemandangan jalanan yang hijau dan asri. Katanya perjalanan ke Desa Mujur itu bukan cuma soal sampai di tujuan, tapi juga menikmati setiap tikungan dan senyuman orang yang lo lewatin di jalan.

APA YANG BISA KITA PELAJARI DARI MUJUR?
Gw rasa, Desa Mujur ngasih pelajaran simpel tapi dalem: hidup itu nggak usah kebanyakan ribet. Nelayan di sana nggak pusing mikirin algoritma media sosial atau KPI, tapi mereka punya kebahagiaan nyata yang kita cari-cari di kota.

Kadang gw mikir, mungkin kita terlalu sering cari kesempurnaan di tempat yang salah. Padahal, kesederhanaan kayak Desa Mujur bisa kasih ketenangan yang nggak bisa dibeli.

KENAPA DESA MUJUR BISA JADI TUJUAN LO BERIKUTNYA?
Kalau lo capek sama rutinitas dan butuh reset, gw rasa Desa Mujur itu tempat yang cocok. Bayangin lo duduk di pinggir pantai, liat matahari tenggelam sambil denger suara ombak, terus makan ikan bakar yang baru ditangkap nelayan. Nggak ada sinyal yang ganggu, nggak ada notifikasi yang bikin kepala pusing.

Lo bisa sewa mobil di Lombok Permata buat jalan-jalan ke sana. Nggak cuma nyaman, tapi juga bikin perjalanan lo lebih santai. Gw pribadi ngebayangin naik mobil sambil nyetel playlist santai, berhenti di warung kopi pinggir jalan, terus ngobrol sama orang lokal yang ceritanya selalu bikin lo belajar sesuatu.

Gw rasa, Desa Mujur bukan cuma kampung nelayan biasa. Ini tempat di mana lo bisa ngerasain kehidupan dengan ritme yang lebih manusiawi. Tradisi kuno mereka kayak pengingat kalau nggak semua hal harus berubah demi jadi modern. Ada nilai-nilai lama yang justru bikin kita lebih “hidup.”

Kadang kita butuh pergi ke tempat kayak gini, biar ngerti kalau kebahagiaan itu nggak rumit. Bisa jadi, ketika lo balik dari Desa Mujur, lo akan bawa pulang rasa tenang yang nggak bisa dikasih sama liburan mewah. Dan siapa tau, di perjalanan itu, lo ketemu versi diri lo yang lebih chill—kayak gw sekarang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *