Beberapa minggu terakhir ini gue kepikiran soal satu hal: kenapa ya, setiap kali ada cerita tentang desa-desa di Lombok, ada aja yang nyangkut di kepala gue? Dari sekian banyak kampung, kok tiba-tiba Desa Pemepek yang bikin gue kepo? Padahal, awalnya cuma iseng denger orang cerita soal air suci di sana. Eh, malah kebawa ke hati.
Kata orang, Pemepek itu bukan sekadar desa. Ada sesuatu yang bikin orang betah, kayak energi adem yang nggak bisa dijelasin. Gue pikir awalnya itu cuma sugesti, tapi makin gue gali, makin kerasa kalau tempat ini punya vibe yang beda. Apalagi cerita tentang mata air sucinya. Bukan cuma mitos murahan yang dibumbui dramatis, tapi bener-bener ada sejarah dan rasa hormat dari warga setempat.
Legenda Air Suci yang Selalu Diceritain Ulang
Konon, ada sumber mata air di Desa Pemepek yang dianggap suci. Bukan air sembarang air. Katanya, mata air ini bisa bikin hati yang resah jadi adem. Lucu ya? Kita sering cari ketenangan di kota besar lewat meditasi, yoga, atau bahkan healing ke luar negeri, padahal di kampung kecil kayak gini, orang bisa nemu ketenangan cuma dengan duduk di tepi mata air. Gue sempet mikir, jangan-jangan kita selama ini terlalu ribet cari kedamaian?
Airnya jernih banget, sampai bisa ngaca kayak liat wajah sendiri di cermin. Dan menurut cerita warga, air ini nggak pernah kering walaupun kemarau panjang. Kayak ada rahasia alam yang ngejaga alirannya tetap hidup. Gue ngebayangin, mungkin ini semacam reminder dari bumi: “Hei, lo nggak perlu kemewahan buat hidup, cukup air jernih dan hati yang bersih.”
Tradisi Warga yang Masih Kental
Yang bikin gue makin respect sama Pemepek adalah tradisi warganya. Mereka nggak cuma jaga mata air itu kayak harta karun, tapi juga punya ritual khusus buat ngerawatnya. Setiap ada upacara adat, mata air ini jadi pusatnya. Gue liat di beberapa foto, ada momen di mana warga rame-rame berkumpul, bawa sesajen, sambil doa bareng. Kayak ada rasa syukur kolektif yang bikin atmosfernya beda.
Kadang gue mikir, mungkin yang bikin air itu kerasa “suci” bukan semata-mata karena mitos, tapi karena rasa hormat warga terhadap alam. Mereka ngerti bahwa air itu sumber hidup. Jadi bukan cuma dijaga fisiknya, tapi juga “energinya.” Dan ini hal yang jarang banget kita liat di kota.

Pesona Alam yang Gak Butuh Filter
Lo tau kan gimana sekarang orang suka heboh foto-foto dengan filter biar kelihatan aesthetic? Di Pemepek, lo nggak butuh itu semua. Alamnya udah aesthetic dari sononya. Dari jalanan desa yang sejuk, sawah yang hijau, sampe suara gemericik mata air yang kayak soundtrack alami. Gue rasa, kalo lo ke sini, lo bakal ngerasain vibe slow living yang selama ini cuma lo liat di Pinterest.
Dan jangan salah, Pemepek ini juga gampang diakses. Buat lo yang pengen explore tanpa ribet, Layanan sewa mobil Lombok Terbaik itu pilihan paling aman. Lo bisa jalan santai, mampir ke desa-desa sekitar, dan ngerasain sisi Lombok yang jarang disorot.
Jadi apa yang gue pelajari dari semua cerita tentang Desa Pemepek ini? Mungkin gini, kita terlalu sering nyari “keajaiban” di tempat yang jauh, padahal di tanah kita sendiri ada tempat-tempat yang punya kekuatan buat nyembuhin hati. Nggak mistis, nggak ribet, tapi sederhana. Kayak air jernih yang ngalir tanpa henti.
Kalau lo ke Lombok, coba deh mampir ke Desa Pemepek. Bukan cuma buat foto-foto atau update story, tapi rasain atmosfernya. Duduk aja sebentar di tepi mata air itu, dengerin suara alam. Kadang, kita nggak butuh kata-kata bijak buat ngerti hidup. Cukup lihat bagaimana alam tetap sabar ngalir, tanpa peduli siapa yang minum atau siapa yang datang.
Dan satu hal lagi, gue jadi makin sadar kalau perjalanan ke tempat kayak gini butuh “cara” yang bener. Lo nggak mau kan nyetir sendiri di jalanan yang lo nggak paham? Nah, di sinilah jasa rental mobil Lombok kayak Lombok Permata jadi relevan. Lo tinggal duduk manis, nikmatin jalanan, dan biarin supir lokal yang paham medan nganter lo sampai Pemepek. Biar fokus lo cuma satu: menikmati cerita dan energi alam yang ada di sana.
Gue rasa, Desa Pemepek ini bukan cuma soal legenda air suci. Ini juga soal gimana kita belajar dari alam untuk tetap jernih, tetap ngalir, dan nggak terlalu reaktif sama segala hal yang lewat. Sama kayak air di sana, hidup kita pun bisa jadi lebih adem kalau kita berhenti ribet dan mulai bersyukur atas hal-hal kecil.
Mungkin… itu kenapa cerita tentang Pemepek nempel banget di gue. Karena di balik setiap tetes airnya, ada pesan yang bilang:
“Lo nggak perlu dramatis buat tenang. Cukup ngalir aja, tapi jangan lupa jaga kemurnian diri lo sendiri.”