Wisata Pantai Semeti Lombok: Rute, Biaya, dan Tips Perjalanan

Beberapa minggu lalu, ada satu momen yang bikin gue berhenti sejenak di tengah rutinitas:
scroll-scroll IG iseng, lalu nemu video drone yang nge-shoot pantai dengan batuan tajam kayak kristal dan warna laut yang birunya gak masuk akal.

Caption-nya cuma satu kalimat:
“Welcome to Pantai Semeti, Lombok. Krypton-nya Indonesia.”

Gue langsung freeze.
Wait—ini beneran ada di Indonesia? Dan… di Lombok?
Pulau yang selama ini gue tahu cuma Gili Trawangan, Senggigi, dan Sade.

Ya udah, tanpa pikir panjang, gue mulai buka kalender, kontak temen lama yang tinggal di Lombok, dan… yes, dua minggu kemudian gue udah duduk manis di kursi penumpang mobil sewaan, ngarah ke selatan Lombok.

Sopirnya, Bang Juna, orang Sasak asli, ramahnya gak kira-kira.
Di tengah perjalanan, dia bilang:

“Pantai Semeti itu bukan pantai buat semua orang. Tapi kalau hati lagi butuh sunyi, dia bisa nyembuhin.”

Dan ternyata, bener.

Rute ke Pantai Semeti

Dari Bandara Internasional Lombok (BIL), lo tinggal sewa mobil dan ambil arah ke Pantai Selong Belanak atau Pantai Mawi.
Kalau lo pakai layanan sewa mobil Lombok kayak yang disediain Lombok Permata, lo gak perlu mikir ribet. Sopir-sopir mereka hafal medan, dan ngerti banget kapan harus ngebut, kapan harus rem mendadak di jalan berbatu.

Total waktu tempuh kira-kira 1,5 jam.
Tapi yang menarik tuh 20 menit terakhir sebelum nyampe Pantai Semeti.
Jalanannya bukan aspal mulus, bro. Tapi tanah merah dengan bebatuan yang kadang bikin mobil serasa lagi uji nyali.

Gue sempat mikir:
“Ini masih di bumi, kan?”
Tapi begitu nyampe, semua rasa lelah, panas, dan pegal mendadak ilang.

Biaya Masuk dan Parkir

Pantai Semeti belum dikomersialkan penuh.
Jadi jangan harap ada loket resmi atau gerbang wisata besar.
Begitu mobil lo berhenti di area parkir kecil (yang dijaga penduduk lokal), lo cuma bayar parkir sekitar Rp10.000 untuk motor dan Rp20.000 untuk mobil.

Gak ada tiket masuk.
Tapi buat gue pribadi, pengalaman di sana rasanya lebih mahal daripada liburan ke tempat-tempat mainstream.

Apa yang Bikin Semeti Beda?

Kalau lo pernah nonton Superman dan liat planet Krypton—ya, batu-batuannya tuh mirip.
Formasi bebatuan tajam, runcing, kayak kristal, berdiri gagah berhadapan langsung sama laut lepas.

Pas gue duduk di atas batu besar, ditemani suara deburan ombak yang non-stop, gue ngerasa kayak lagi ngobrol sama alam.
Bukan ngobrol dalam arti literal ya. Tapi… lebih ke dialog batin.

Ada satu titik di mana gue cuma diem.
Angin kencang, ombak pecah, dan langit mendung tipis-tipis.
Tapi anehnya, hati gue tenang banget.

Kayak… semua kegelisahan yang gue bawa dari kota, dari kerjaan, dari ekspektasi orang lain—itu semua ditelan laut di depan mata.

Tips Penting Sebelum ke Semeti

  1. Jangan datang sendirian kalau takut sepi.
    Serius. Semeti itu bukan tempat rame-rame. Kadang cuma ada lo dan alam.
    Kalau lo lagi pengen healing atau rekalibrasi emosi, ini tempat yang pas.
    Tapi kalau lo bawa anak kecil atau pengen vibes ramai-ramai, bisa kurang cocok.
  2. Pakai sepatu atau sandal gunung.
    Batu-batunya tajam dan licin, jadi sandal jepit itu bukan opsi.
    Gue hampir kepleset waktu turun ke area karang. Tapi karena udah disaranin sama Bang Juna, gue siapin sepatu yang proper.
  3. Bawa air minum dan makanan ringan.
    Gak ada warung di sekitar pantai.
    Lo cuma bisa beli air dari penduduk lokal di parkiran, itu pun jumlahnya terbatas.
  4. Datang pagi atau menjelang sore.
    Kalau pagi, cahaya matahari bikin bebatuan berkilau.
    Kalau sore, sunset-nya… manis banget. Dan biasanya lebih sepi.

Kenapa Harus Lewat Sewa Mobil Lombok?

Gue pribadi, udah sering ke Lombok, dan satu hal yang gak pernah berubah:
akses ke spot-spot hidden gem di Lombok itu gak mudah.
Bukan soal jaraknya, tapi soal medannya.
Pakai mobil sewaan plus supir lokal itu bukan cuma soal kenyamanan, tapi juga keamanan.

Sopir kayak Bang Juna tuh tahu banget kapan harus belok, kapan harus berhenti, bahkan tahu spot-spot foto yang gak ada di Google Maps.
Dan lo gak perlu mikir soal bensin, parkir, atau ketemu jalan buntu.

Di Lombok, kadang lo gak butuh itinerary detail.
Yang lo butuh justru: hati yang siap terbuka, dan sopir yang tahu jalan pulang.

Penutup:
Perjalanan ke Pantai Semeti ini bukan cuma soal liburan.
Buat gue, itu semacam “rewiring” jiwa.
Kayak… lo dikasih waktu untuk diem, dengerin napas sendiri, dan ngerti kalau alam itu gak pernah bohong.

Pantai ini mungkin gak punya resort mewah.
Tapi dia punya satu hal yang makin langka di hidup kita: keheningan.
Dan di keheningan itu, lo bisa nemuin banyak hal yang selama ini lo cari ke mana-mana.

Jadi, kalau lo lagi pengen liburan yang beda,
bukan sekadar “healing” ala Instagram, tapi beneran pengen connect sama diri sendiri…
coba deh ke Semeti. Tapi pastiin lo berangkat sama yang tahu jalan.

Dan ingat:
Lombok itu bukan cuma tentang pantainya,
tapi tentang cara dia ngajarin lo buat pelan-pelan… balik lagi ke hati.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *