Road Trip ke Pantai Ekas: Surga Tersembunyi di Lombok Timur

Beberapa minggu lalu, ada satu hari Sabtu yang entah kenapa hati gue ngerasa sesak. Bukan karena ada masalah gede, tapi lebih kayak… pengap. Kayak perlu napas yang lebih panjang, lebih luas. Akhirnya, tanpa pikir panjang, gue buka Google Maps, zoom in ke Lombok bagian Timur, dan mata gue berhenti di satu titik biru yang asing tapi menggoda: Pantai Ekas.

Gue belum pernah ke sana. Bahkan, namanya aja jarang gue denger. Tapi justru itu yang bikin penasaran.

Besok paginya, gue ambil mobil dari Lombok Permata, jasa penyedia sewa mobil lombok langganan gue. Enaknya pakai mobil sendiri tuh bukan cuma soal kenyamanan, tapi juga kebebasan. Mau berhenti di mana aja, putar balik kapan pun, dan yang paling penting… gak perlu ribet mikirin transport umum yang seringnya gak jelas rutenya ke pelosok-pelosok.

Perjalanan dari Mataram ke Pantai Ekas kurang lebih dua setengah jam. Jalannya campuran: dari jalan raya yang mulus sampai jalur kecil berbatu yang bikin suspensi mobil kerja rodi. Tapi serius deh, semua getar itu langsung lunas waktu mobil ngelewatin tanjakan terakhir dan tiba-tiba…

BOOM.

Pantai Ekas terbentang luas di depan mata. Sepi. Tenang. Kayak dunia lain yang gak ikut-ikutan ribut kayak Jakarta. Hamparan pasir putih yang panjang, laut biru yang tenang, dan tebing-tebing yang berdiri gagah seakan bilang, “Welcome, lo nyasar ke tempat yang tepat.”

Gue matiin mesin mobil. Turun. Tarik napas dalam-dalam.

Dan di situ, di antara desir angin dan suara ombak yang pelan, gue merasa: ini bukan liburan. Ini pelarian yang berhasil.

Di pinggir pantai, ada beberapa pondok kecil milik warga lokal. Gak banyak turis. Bahkan bisa dihitung jari. Gue ngobrol sama satu warga, namanya Pak Har. Dia bilang, Pantai Ekas tuh lebih sering didatengin surfer asing yang cari ombak di spot rahasia, bukan wisatawan umum.

“Bagus juga sih gak ramai-ramai amat,” kata dia sambil ngelirik langit. “Biar tetap bersih, tetap alami.”

Dan gue cuma bisa setuju.

Mungkin itu juga kenapa jalan ke sini belum benar-benar diaspal rapi. Alam kayak masih mau jaga tempat ini tetap tersembunyi. Dan lo tau? Gue gak keberatan sama sekali. Malah bersyukur. Karena gak semua keindahan harus diumumkan ke seluruh dunia.

Gue buka bagasi mobil, ambil tikar, buka camilan. Duduk sendiri di bawah pohon ketapang. Gak ada sinyal kuat. Gak ada notifikasi. Tapi hati gue penuh.

Kadang-kadang kita terlalu kejar-kejaran sama “tempat hits” yang penuh orang, penuh antrean, dan penuh editan. Padahal, yang kita cari dari traveling tuh sederhana: sunyi yang bisa kita nikmati tanpa gangguan.

Dan Pantai Ekas kasih itu tanpa diminta.

Gue jadi mikir, kalau gue gak punya mobil pribadi saat itu, mungkin gak bakal bisa sampai ke sini. Karena jujur, transportasi umum ke daerah kayak gini tuh… ya ampun. Gak bisa diandalkan. Belum lagi kalau lo bawa barang, atau pengen berhenti random buat motret sawah, bukit, atau sapi nyebrang jalan—cuma bisa dilakukan kalau lo pegang kemudi sendiri.

Makanya, buat lo yang lagi nyari tempat sepi, alami, dan beda dari pantai-pantai mainstream di Lombok, Ekas tuh jawabannya. Dan jalan ke sana? Lebih asik kalau lo pakai sewa mobil Lombok dari Lombok Permata.

Mereka punya pilihan mobil dari yang irit BBM sampai yang cocok buat jalanan berbatu. Dan yang paling penting: bersih, wangi, dan drivernya kalau lo butuh, sopan banget. Tapi kalau lo mau nyetir sendiri juga bisa. Bebas.

Sore mulai turun. Langit jadi oranye tembaga. Gue duduk di atas mobil, kaki selonjoran ke kap, dan liatin cahaya terakhir matahari yang nyium air laut. Gak tau kenapa, momen kayak gini tuh ngasih energi baru. Kayak reminder bahwa dunia ini luas, dan kita gak harus stuck di rutinitas terus-menerus.

Terkadang, yang kita butuhin bukan seminar motivasi atau kopi mahal di kota. Tapi cuma: jalan kosong, pantai sunyi, dan mobil yang bisa bawa kita ke mana pun kita mau pergi.

Waktu balik ke Mataram malam itu, hati gue gak lagi sesak. Masih banyak hal di hidup yang belum gue pecahin, masih ada pertanyaan-pertanyaan yang belum kejawab, tapi gue ngerasa lebih ringan. Lebih sadar.

Dan gue ngerti satu hal: healing itu gak harus selalu ribet. Kadang, cukup dengan muter kunci mobil, gas pelan-pelan ke arah timur, dan berhenti saat lo nemu tempat yang bikin lo bilang…

“Ini dia. Ini yang gue cari.”

Kalau lo lagi ngerasa penuh, lelah, atau cuma pengen jeda sebentar dari dunia yang sibuk, coba deh road trip ke Pantai Ekas. Sewa mobil, nyetir sendiri, dan kasih waktu buat diri lo diam.

Karena di antara jalanan sepi dan pantai yang masih perawan, lo mungkin bakal nemuin bukan cuma keindahan alam… tapi juga versi diri lo yang udah lama gak lo temuin.

Dan siapa tau, kayak gue, lo bakal bilang…

“Gue gak butuh tempat ramai buat bahagia. Gue cuma butuh jalan yang tenang, dan mobil yang bisa gue kemudikan sendiri.”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *