Pohon Tunggal Pantai Lawang: Foto Siluet Sore Hari

Beberapa waktu lalu gw lagi random scrolling galeri foto di HP. Banyak banget foto jalan-jalan yang kadang gw sendiri udah lupa kapan persisnya diambil. Ada foto pantai, bukit, gunung, dan suasana kota. Tapi ada satu foto yang bikin gw ke-stop lama, bukan karena wajah gw keliatan glowing atau hasil jepretan mirip fotografer profesional, tapi karena objeknya sederhana banget: satu pohon berdiri sendiri di pinggir pantai.

Itu foto waktu gw mampir ke Pantai Lawang, Lombok Timur. Ada satu pohon tunggal yang kayaknya udah jadi ikon nggak resmi di sana. Lucunya, pohon itu nggak gede-gede amat, tapi entah kenapa jadi kelihatan megah kalau sore hari, apalagi pas cahaya matahari mulai meredup dan garis siluetnya makin jelas.

Awalnya gw mikir, yaelah cuma pohon. Tapi ternyata enggak sesederhana itu.

Atmosfernya Nempel di Kepala
Gw pernah beberapa kali ke pantai lain yang lebih rame, lebih mainstream, bahkan dengan pohon-pohon lebih banyak. Tapi di Pantai Lawang ini, keberadaan si pohon tunggal justru jadi semacam statement. Kayak bilang: “gw sendirian di sini, tapi justru karena itu gw jadi spesial.”

Bayangin lo duduk di pasir yang masih hangat bekas terpapar matahari, angin laut semilir, terus pelan-pelan langit berubah warna. Dari biru cerah, jadi keemasan, lalu merah muda, sampai akhirnya gelap dengan bintang-bintang nongol satu-satu. Dan di tengah frame itu, ada si pohon sendirian yang berdiri tegas.

Siluetnya bukan cuma indah buat dipotret, tapi juga kayak metafora hidup. Kadang lo harus berdiri sendiri dulu biar bisa kelihatan maknanya.

Healing Tanpa Ribut-ribut
Gw sadar, salah satu hal yang bikin pohon tunggal di Pantai Lawang ini terasa magis adalah karena suasananya nggak ribut. Pantainya relatif sepi, nggak terlalu banyak pedagang atau wisatawan yang berisik. Jadi lo bisa benar-benar menikmati momen tanpa harus rebutan spot foto atau teriak-teriakan biar suara kedengeran.

Buat gw pribadi, itu penting. Karena selama ini, hidup di kota tuh kayak nggak ada tombol pause. Semua serba cepat, serba rame, dan kalau lo diam sebentar aja, rasanya ketinggalan. Tapi duduk di depan pohon tunggal ini bikin gw sadar kalau diam itu juga bagian dari hidup. Nggak perlu selalu ada cerita dramatis. Kadang hening aja udah cukup jadi cerita.

Nilai Estetik yang Unik
Oke, gw akui, nggak bisa dipungkiri juga kalau pohon ini punya daya tarik visual. Makanya banyak orang yang datang ke Pantai Lawang cuma buat ngejar momen sunset bareng pohon tunggal itu. Siluetnya gampang banget jadi bahan konten Instagram atau TikTok.

Tapi yang bikin beda adalah kesederhanaannya. Beda dengan destinasi lain yang harus ada instalasi modern atau dekorasi buatan, di sini lo cuma dikasih satu pohon asli, alamiah, dan justru karena itu kelihatan timeless. Foto lo bisa diambil tahun ini atau sepuluh tahun lagi, feel-nya tetap sama: sepi, indah, dan penuh makna.

Lalu apa hubungannya sama hidup gw sekarang?

Mungkin, gw jadi belajar satu hal dari pohon tunggal ini: kadang kita terlalu sibuk cari keramaian, cari validasi, cari gemerlap. Padahal, justru ketika kita berani berdiri sendiri, saat itu orang lain bisa ngeliat siapa kita sebenarnya.

Pohon itu nggak pernah niat jadi objek wisata, tapi dia tetap jadi magnet. Karena dia autentik. Dan mungkin itu juga yang lagi gw cari sekarang, hidup yang lebih autentik, nggak melulu harus sama kayak orang lain.

Transportasi Menuju Pantai Lawang
Buat lo yang pengen nyoba pengalaman serupa, Pantai Lawang ini letaknya di Lombok Timur. Dari Mataram bisa ditempuh sekitar dua jam perjalanan dengan mobil. Kalau lo tipikal yang suka fleksibilitas, bisa banget pakai layanan sewa mobil Lombok dari Lombok Permata.

Kenapa gw bilang penting? Karena jalan ke sana kadang butuh ekstra tenaga, apalagi kalau lo bawa keluarga atau pengen eksplor tempat lain sekaligus. Dengan rental mobil Lombok, lo bebas berhenti di spot menarik sepanjang jalan, tanpa kejar-kejaran sama jadwal transportasi umum.

Tentang Siluet dan Sunyi
Sekarang setiap kali gw lihat lagi foto pohon tunggal itu, rasanya kayak diingatkan buat nggak terlalu panik ngejar validasi atau takut sendirian. Karena bahkan di kesunyian pun, ada keindahan yang nggak bisa digantikan.

Mungkin itu juga alasan kenapa siluet selalu terasa menenangkan. Karena dia bukan sekadar bayangan gelap, tapi representasi bahwa kita tetap ada, meski cahaya di sekitar kita berubah-ubah.

Dan siapa sangka, sebuah pohon tunggal di pinggir Pantai Lawang bisa ngajarin gw hal sebesar itu.

Jadi, kalau lo lagi pengen liburan tapi juga pengen dapet momen refleksi yang nggak biasa, coba deh mampir ke Pantai Lawang pas sore hari. Duduk aja di pasir, nikmatin angin laut, dan lihat bagaimana pohon itu berdiri tanpa ribut. Bisa jadi, lo juga pulang dengan hati yang lebih ringan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *