Penginapan Murah Dekat Pelabuhan Gili Trawangan yang Nyaman dan Strategis

Beberapa hari lalu gue sempet ngerasa kangen banget sama suasana Gili Trawangan.
Bukan karena pantainya doang yang indah, tapi karena ada vibe santai yang susah dijelasin — semacam kombinasi antara suara ombak, angin laut, dan orang-orang yang kayaknya gak buru-buru hidup.
Lo tau kan perasaan itu? Yang bikin lo ngerasa kayak, “Kenapa ya gak bisa segini tenang tiap hari?”

Nah, waktu itu gue lagi bantuin temen cari penginapan murah dekat Pelabuhan Gili Trawangan.
Katanya sih, dia pengen tempat yang “murah tapi gak murahan.”
Dan jujur, gue paham banget maksudnya. Karena di Trawangan, harga bisa jadi jebakan. Kadang, lo dapet harga mahal tapi view-nya biasa aja. Kadang juga dapet yang murah tapi kamar kayak gudang kapal.

Waktu gue sampe di pelabuhan Bangsal, angin laut langsung nyambut.
Gue naik fast boat, sekitar 25 menit aja udah nyampe Gili Trawangan.
Begitu turun, suasana langsung beda.
Nggak ada mobil, nggak ada motor, cuma ada cidomo (kereta kuda kecil) dan suara langkah kaki di pasir.
Tiap kali ke sini, gue selalu ngerasa kayak waktu berhenti.
Dan yang lucu, bahkan nyari penginapan murah pun di sini rasanya gak ribet — karena semuanya deket.

Temen gue sempet nanya, “Gimana sih cara tau penginapan yang beneran worth it di Gili?”
Gue jawab santai, “Coba lo liat seberapa jauh dia dari pelabuhan.”
Karena kalau lo baru nyampe Trawangan, barang bawaan segede koper, terus lo harus jalan jauh di bawah matahari siang Lombok, itu sih bukan liburan — itu survival.
Makanya, cari penginapan yang jaraknya deket dari pelabuhan tuh penting banget.
Selain gampang dijangkau, biasanya lo juga bisa jalan kaki ke pantai utama, restoran, atau spot snorkeling tanpa perlu sewa sepeda dulu.

Ada banyak penginapan murah deket pelabuhan Gili Trawangan, tapi gue mau cerita tentang suasana khas yang selalu gue rasain tiap nginep di sana.
Biasanya penginapan di area itu bentuknya bungalow kecil, bangunan kayu atau beton ringan, dengan taman di depannya.
Ada yang punya kolam renang mungil, ada juga yang cuma punya kursi santai dari rotan di bawah pohon kelapa.
Tapi yang bikin gue jatuh cinta itu bukan fasilitasnya — melainkan atmosfernya.

Bayangin, pagi-pagi lo bangun, buka pintu kamar, dan yang lo liat cuma jalan kecil yang langsung tembus ke pantai.
Suara ayam kampung, tawa anak-anak lokal, dan di kejauhan suara cidomo lewat pelan.
Lo jalan sebentar ke pantai, beli nasi bungkus dari ibu-ibu yang jual sarapan di warung kecil, terus duduk di pasir sambil makan.
Murah, tapi damainya gak ketolong.
Kadang, hal sesederhana itu bisa jadi momen paling mahal di hidup lo.

Gili Trawangan tuh punya dua sisi: yang ramai dan yang tenang.
Kalau lo nginep deket pelabuhan, lo masih bisa ngerasain dua-duanya.
Siang hari, lo tinggal jalan sedikit udah bisa nemuin kafe, toko selam, dan tempat penyewaan sepeda.
Malamnya, kalau pengen suasana lebih santai, lo bisa duduk di pinggir pantai sambil nonton sunset, atau nongkrong di bar kecil yang nyetel musik akustik.
Dan kalau capek, tinggal jalan balik ke penginapan.
Gak perlu mikirin transportasi, gak perlu bingung arah — semuanya literally satu lingkaran.

Temen gue akhirnya milih penginapan yang harganya sekitar dua ratus ribuan per malam.
Kamarnya sederhana, tapi bersih. Ada AC, air panas, dan sarapan roti pisang plus kopi hitam tiap pagi.
Dia bilang, “Men, ini beneran hidden gem sih. Deket pelabuhan, tapi gak berisik.”
Dan gue cuma ketawa. Karena kadang yang kita cari dari liburan itu bukan kemewahan, tapi kelegaan — perasaan bisa rebahan tanpa mikirin dunia.

Ngomongin soal kelegaan, perjalanan ke Gili Trawangan juga sebenernya bagian dari pengalaman yang gak kalah berkesan.
Kalau lo dari Bandara Lombok, lo bisa naik mobil menuju Pelabuhan Bangsal.
Waktu tempuhnya sekitar dua jam-an, tapi jalanannya enak, banyak pemandangan sawah dan perbukitan.
Buat yang gak mau ribet, Lombok Permata punya layanan sewa mobil di Lombok terbaik yang bisa jemput lo langsung dari bandara dan nganter sampai dermaga.
Jadi lo tinggal duduk manis, sambil nikmatin perjalanan menuju laut biru di ujung sana.

Setelah beberapa hari di Gili Trawangan, gue sadar satu hal: tempat sederhana kadang bisa nyembuhin hal-hal rumit di kepala.
Lo gak butuh hotel bintang lima buat bahagia.
Kadang cukup kamar kecil, udara laut, dan waktu yang lo punya buat ngelihat langit tanpa notifikasi HP.

Dan mungkin itu juga alasan kenapa orang-orang terus balik ke sini.
Karena Gili Trawangan ngajarin satu hal penting — bahwa “murah” gak selalu berarti biasa-biasa aja.
Kadang justru di tempat paling sederhana, lo bisa nemuin versi paling damai dari diri lo sendiri.

Jadi kalau lo lagi nyari penginapan murah dekat Pelabuhan Gili Trawangan,
jangan cuma mikirin harga.
Cari tempat yang bisa bikin lo ngerasa “nyampe” — bukan cuma secara fisik, tapi juga batin.
Karena di akhir hari, liburan itu bukan tentang sejauh apa lo pergi, tapi seberapa tenang lo pulang.
Dan di Gili Trawangan, ketenangan itu gak mahal — lo cuma perlu datang, dan biarin lautnya yang bicara.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *