Cara Bawa Motor atau Sepeda ke Gili: Apakah Bisa?

Beberapa minggu terakhir ini, aku sering dapat pertanyaan lucu dari para tamu yang sewa mobil Lombok lepas kunci , Lombok Permata.
“Mas, kalau motor saya dibawa ke Gili bisa nggak ya?”
Atau yang lebih niat lagi, “Saya bawa sepeda lipat nih dari Jakarta, bisa nyebrang ke Gili Trawangan nggak?”

Awalnya, setiap kali denger pertanyaan itu, aku senyum aja. Karena jujur, jawaban pendeknya: bisa sih… tapi mending jangan.
Dan supaya gak berhenti di “tapi mending jangan” doang, izinkan aku cerita dikit — dari sisi orang yang udah bolak-balik ke Gili lebih dari yang bisa dihitung jari.

Waktu pertama kali aku ke Gili Trawangan, semangatku tuh kayak bocah dikasih liburan pertama kali.
Bawa motor, ngebut dari Mataram ke Pelabuhan Bangsal, ngerasa keren aja gitu. Motor bersinar, helm kinclong, bensin full, dan niat hati mau langsung nyebrang biar bisa keliling Gili sambil ngebut ringan.

Tapi sesampainya di pelabuhan, bapak-bapak penjaga loket cuma nyengir, terus bilang pelan,
“Mas, di Gili gak boleh ada kendaraan bermotor.”

Deg.
Aku pikir bercanda. Ternyata enggak.

Buat yang belum pernah ke Gili, tiga pulau kecil ini — Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno — punya aturan unik.
Gak ada motor, gak ada mobil, bahkan kendaraan listrik pun dibatasi.
Satu-satunya suara yang kamu dengar di sana itu cuma suara ombak, sepeda yang dikayuh pelan, dan derap langkah kuda narik cidomo (semacam delman versi tropis).

Dan disitulah keindahan Gilis mulai terasa.
Sunyi tapi hidup.
Tenang tapi rame.
Bebas polusi, gak ada klakson, gak ada debu yang bikin mata perih.

Waktu itu aku sempat ngotot.
“Kalau motor saya cuma mau ditaruh aja di penginapan gimana, Pak?”
Bapaknya senyum lagi, “Kalau cuma mau parkir, ya parkir di Lombok aja. Di Gilinya gak bisa masuk.”

Jadi kalau kamu datang dari arah Mataram, Senggigi, atau bahkan Bandara Lombok, motor atau mobilmu cuma bisa sampai Pelabuhan Bangsal atau Teluk Nare.
Setelah itu, kendaraan harus ditinggal. Kamu lanjut naik kapal kecil — warga lokal menyebutnya perahu publik atau speedboat — buat nyebrang ke Gili.

Dan percaya deh, momen ketika perahu mulai menjauh dari pelabuhan, angin asin laut mulai nyentuh wajah, dan garis pantai Lombok pelan-pelan mengecil…
Itu momen pertama kamu tahu:
“Ternyata tanpa motor pun, hidup bisa tetap jalan, ya.”

Tapi oke, balik ke topik.
Bisa gak bawa sepeda?
Nah, kalau sepeda, ceritanya agak beda.

Bawa sepeda ke Gili sebenarnya bisa.
Beberapa kapal memperbolehkan penumpang bawa sepeda, asal bayar biaya tambahan kecil dan sepeda bisa muat di kapal.
Cuma ya, tetap harus siap mental — karena perahunya kecil, dan ombak kadang agak jahil. Jadi pastikan kamu bungkus sepedamu dengan pelindung atau tas khusus biar gak basah kena cipratan air laut.

Tapi begini:
Sebenarnya, gak perlu repot-repot bawa sepeda sendiri, karena di Gili banyak tempat penyewaan sepeda.
Pilihannya pun lucu-lucu: ada yang vintage, ada yang warna pastel, bahkan ada yang dihias bunga plastik di keranjangnya.
Dan harganya murah banget.

Jadi daripada ribet bawa sendiri, mending sewa aja di sana.
Lebih ringan, lebih fleksibel, dan kamu bisa jalan kaki santai dulu sambil ngopi di pinggir pantai sebelum milih sepeda mana yang paling “Instagrammable.”

Kadang aku mikir, Gili itu kayak ruang meditasi alami yang kebetulan dikemas jadi destinasi wisata.
Kita dipaksa untuk pelan.
Dipaksa untuk gak terburu-buru.
Bahkan untuk sekadar berpindah dari satu sisi pulau ke sisi lainnya, kita harus ngontel pelan-pelan atau jalan kaki sambil ngobrol.

Dan di situ aku baru sadar,
mungkin alasan Gili bikin banyak orang jatuh cinta bukan cuma karena lautnya biru banget,
tapi karena di sana, kita diajak ngerem sejenak.

Jadi, buat kamu yang lagi nyusun rencana liburan ke Gili dari Lombok — entah dari Kuta Lombok, Senggigi, atau Mataram — saran terbaikku:
parkir aja kendaraanmu di Lombok daratan.

Kalau kamu sewa mobil di Lombok Permata, biasanya kami bantu juga sampai pelabuhan. Supir kami bisa bantu cari parkiran aman, bantuin bawa barang, bahkan nungguin kalau kamu mau balik di hari yang sama.
Gak perlu khawatir soal transportasi ke pelabuhan, tinggal duduk manis sambil menikmati pemandangan hijau khas pesisir utara Lombok.

Begitu sampai pelabuhan, tinggal naik kapal publik yang berangkat hampir setiap jam.
Dan sepuluh menit pertama di atas air, semua stres, semua jadwal, semua kebisingan — lenyap ditelan ombak.

Kadang, orang pergi ke Gili buat cari hiburan,
tapi tanpa sadar, Gili justru ngajarin kita buat istirahat dari rutinitas yang bising.

Jadi kalau kamu tanya:
“Mas, bisa gak bawa motor atau sepeda ke Gili?”

Jawabanku masih sama:
Secara teknis, bisa (kalau sepeda). Tapi kalau mau benar-benar menikmati Gili, tinggalkan semua roda di Lombok.
Biarkan langkah kaki dan angin laut yang jadi kendaraanmu.

Karena kadang, perjalanan terbaik bukan yang paling cepat,
tapi yang paling tenang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *