Beberapa waktu lalu, gw sempet mikir…
Kenapa sih setiap kali orang cerita tentang Lombok, yang kebayang cuma pantai sama Gili? Padahal, kalau lo mau nyari sesuatu yang agak “out of the box”, Lombok punya banyak bukit dengan vibe yang beda banget dari bayangan mainstream wisata.
Salah satunya adalah Bukit Batu Perahu.
Awalnya gw kira ini cuma bukit biasa yang dikasih nama biar gampang diingat. Tapi ternyata, ada cerita yang lumayan bikin gw angguk-angguk sendiri. Kata warga sekitar, batu besar di bukit itu bentuknya mirip perahu yang kandas. Makanya dinamain Bukit Batu Perahu. Ada yang bilang, batu itu sisa kapal besar dari masa lalu, ada juga yang ngaitin sama kisah mistis. Dan di situlah gw sadar: kadang legenda lokal tuh cara orang tua dulu ngejelasin sesuatu yang gak bisa mereka terangkan dengan logika.
Tapi ya, apapun versi ceritanya, yang jelas: spot ini fotogenik banget.
SPOT FOTO YANG BEDA
Kalau lo tipe orang yang hobi selfie buat stock feed Instagram, Bukit Batu Perahu bisa jadi alternatif.
Bayangin aja, dari atas bukit lo bisa lihat bentangan alam dengan kombinasi laut biru di kejauhan, padang hijau, dan batu besar yang bentuknya beneran kayak perahu. Orang sering naik ke atas batu itu, terus pose seolah-olah lagi jadi kapten kapal. Hasil fotonya? Gak kalah sama studio, malah lebih hidup karena latarnya real nature.
Gue pribadi sih sempet mikir, “Kenapa batu ini bisa kebentuk kayak gini, ya?” Tapi di situlah letak serunya. Alam itu punya caranya sendiri bikin kejutan visual. Dan kita manusia cuma bisa bilang: oke, noted.
LEGENDA YANG NYAMPELIN PESAN
Legenda Bukit Batu Perahu bukan cuma cerita kosong. Buat sebagian orang lokal, ini simbol tentang perjalanan hidup. Katanya, perahu yang kandas itu ibarat manusia yang kadang nyasar di jalan. Tapi justru karena nyasar itu, kita bisa nemu tempat baru yang sebelumnya gak pernah kebayang.
Dan jujur aja, pas denger cerita itu, gw jadi ngerasa ada benang merah sama hidup gw sendiri. Lo tau kan, momen ketika lo lagi jalan, tiba-tiba nyasar, tapi akhirnya nemu warung kopi enak atau view keren? Nah, kadang hidup juga gitu. Yang keliatannya salah, malah jadi pintu ke pengalaman lain.

PERJALANAN YANG CHILL
Menuju Bukit Batu Perahu, lo bisa sewa mobil biar lebih gampang. Gue pake jasa rental mobil di mataram ,Lombok Permata (iya, sekalian promo dikit karena ini website gw juga kan, haha). Mobilnya nyaman, drivernya lokal jadi tau jalan alternatif kalau macet, dan lo bisa santai sepanjang perjalanan.
Dari pengalaman gw, perjalanan menuju bukit ini bukan cuma soal destinasi, tapi juga prosesnya. Jalanan kadang berliku, kadang sempit, tapi kalau lo nikmatin, vibe-nya malah kayak road trip healing. Musik diputer, angin masuk jendela, ngobrol ngalor-ngidul sama temen atau keluarga. Yang kayak gitu malah lebih nempel di ingatan daripada sekadar foto.
APA HIKMAHNYA?
Bukit Batu Perahu itu bukan cuma tempat buat foto-foto. Buat gw pribadi, dia jadi semacam reminder bahwa setiap perjalanan punya cerita sendiri. Legenda perahu yang kandas, spot selfie yang unik, jalanan menuju bukit yang penuh belokan—semuanya kayak metafora hidup.
Kadang kita mikir jalan kita salah, padahal itu cuma belokan menuju view yang lebih keren. Kadang kita ngerasa berhenti, padahal itu momen buat foto dulu sebelum lanjut lagi.
Dan yang paling penting: chill aja. Lo gak mesti buru-buru. Alam Lombok ngajarin kita bahwa keindahan sering kali muncul justru ketika kita berhenti sejenak dan lihat sekitar.
Jadi, kalau lo lagi di Lombok, jangan cuma fokus ke pantai atau Gili. Coba luangkan waktu buat naik ke Bukit Batu Perahu. Rasain sendiri suasananya, nikmati ceritanya, dan jangan lupa bawa kamera.
Siapa tau, dari atas batu yang bentuknya mirip perahu itu, lo juga bisa dapet inspirasi baru tentang perjalanan lo sendiri.
Dan kalau lo butuh transportasi biar lebih gampang, lo tau kan harus hubungi siapa? Yup, Lombok Permata, layanan sewa mobil Lombok yang siap bikin perjalanan lo lebih santai, aman, dan memorable.
Pada akhirnya, bukit ini bukan cuma soal legenda atau selfie, tapi juga soal gimana lo ngeliat hidup dari perspektif yang lebih luas. Kadang kita semua butuh “perahu” buat berhenti sejenak, sebelum akhirnya berlayar lagi.