Beberapa minggu terakhir ini gw sering mikir…
Kenapa ya gw sekarang mulai penasaran sama hal-hal alami yang sehat dan tradisional?
Misalnya, madu. Tapi bukan madu biasa, ini madu Trigona dari Lingsar, Lombok.
Pertama kali denger soal agrowisata Madu Trigona, gw kira ya cuma liat-liat lebah, ambil madu, terus pulang. Ternyata… jauh lebih kompleks dan menarik dari yang gw bayangin.
Gw dateng ke Desa Lingsar pagi-pagi dengan menggunakan jasa sewa mobil di Lombok, udara masih seger, aroma hutan kecil sama kebun rempah campur jadi satu. Di sana ada beberapa kelompok pengrajin madu Trigona lokal yang sambil tersenyum ngajarin cara panen madu, sekaligus cerita soal lebah dan ekosistemnya.
Awalnya gw sempet ragu.
Gimana cara ngambil madu tanpa nyakitin lebah kecil itu?
Tapi pas gw perhatiin lebih teliti, ternyata metode mereka halus banget. Lebah nggak diganggu, madu dipanen dari sarang khusus yang memang diperuntukkan panen. Prosesnya hampir kayak meditasi—tenang, fokus, dan perlahan.
Gw ngobrol sama salah satu pengrajin, Pak Made. Beliau cerita kalau madu Trigona punya banyak manfaat. Kandungan nutrisinya tinggi, antioksidan alami banyak, dan yang paling menarik: rasanya manis tapi nggak bikin cepet eneg kayak madu biasa.
Gw sempet cobain langsung, tetes pertama masuk mulut, rasanya unik, lembut, sedikit asam alami yang segar. Gw mikir, “Ini sih bukan cuma madu, ini energi alam dalam bentuk cair.”
Tapi bukan cuma soal rasa. Gw belajar banyak juga soal lebahnya. Trigona itu kecil, nggak bisa nyengat manusia, tapi peranannya gede banget buat ekosistem. Mereka bantu penyerbukan tanaman lokal, jaga keseimbangan alam, dan tentu saja… bikin madu super sehat.
Gw jalan-jalan keliling kebun madu sambil motret beberapa sudut. Ada sarang lebah, ada bunga liar yang jadi sumber nektar, ada embun pagi yang nempel di daun-daun. Rasanya… damai banget. Gw nggak cuma belajar tentang madu, tapi juga belajar soal kesabaran, tentang menghargai alam, dan proses yang pelan tapi pasti.

Yang bikin unik, ada workshop mini buat pengunjung. Gw diajarin cara ambil madu, cara simpan, dan bahkan cara bikin produk olahan sederhana. Bayangin deh, lo belajar sambil main-main sama lebah, tapi aman, seru, dan berfaedah. Gw sampe mikir, ini wisata edukatif tapi fun, cocok buat siapa aja.
Dan jangan lupakan oleh-olehnya. Di akhir kunjungan, gw bawa pulang beberapa botol madu Trigona dan permen madu alami. Gw mikir, ini bakal jadi hadiah sehat buat keluarga, temen, atau sekadar treat buat diri sendiri. Madu ini bukan cuma rasa manis, tapi simbol kesabaran, ketekunan, dan kerja keras komunitas lokal.
Sambil ngeteh pake madu Trigona, gw refleksi dikit soal perjalanan hidup. Kadang kita terlalu fokus ke cepat dan instan. Padahal, kayak lebah kecil ini, kalau prosesnya bener, hasilnya luar biasa. Rasanya manis, tapi bukan manis buatan—alami, murni, dan sustainable.
Gw juga sadar kalau Lombok nggak cuma soal pantai indah dan gunung, tapi ada banyak cerita kecil, tradisi lokal, dan inovasi komunitas yang bisa kita pelajari. Agrowisata Madu Trigona ini contohnya. Sekali datang, lo belajar banyak hal: ilmu alam, sabar, menghargai proses, dan tentunya… nikmatin madu sehat.
Dan menurut gw, ada satu hal yang bikin pengalaman ini berkesan.
Bukan cuma soal madu atau lebahnya, tapi tentang “slow living”—belajar untuk santai, menghargai proses, dan nikmati setiap detil kecil. Kadang, kita lupa kalau hal-hal sederhana ini bisa bikin hati lapang.
Jadi, kalau lo lagi di Lombok dan pengen pengalaman baru, gw saranin mampir ke Desa Lingsar. Ikut agrowisata Madu Trigona, belajar, praktek, dan bawa pulang madu sehat. Lo nggak cuma dapat oleh-oleh fisik, tapi juga pengalaman yang bikin kita lebih menghargai alam, lebih mindful, dan lebih chill.
Gue pribadi sih pulang dari sana ngerasa… refresh, tapi bukan cuma badan. Pikiran gue juga lebih ringan. Kayak habis nyeduh madu Trigona yang manis alami—tidak dipaksakan, tapi penuh rasa.
Jadi ya, siapa sangka belajar dari lebah kecil bisa ngajarin kita banyak hal tentang hidup? Tentang kesabaran, proses, dan menikmati setiap detil kecil yang kadang kita abaikan.