Ada Berapa Pos di Gunung Rinjani?

Waktu pertama kali diajak muncak ke Rinjani, yang ada di kepala cuma satu: “Apa gw sanggup?”
Bukan cuma karena tingginya 3.726 meter, tapi juga karena katanya… banyak pos. Banyak banget. Dan pos di sini tuh bukan sekadar tempat istirahat, tapi juga titik-titik refleksi. Tempat di mana lo gak cuma nyari napas, tapi juga nyari makna.

Dan lo tau apa yang paling sering ditanyain temen-temen sebelum muncak?
“Bener gak sih ada 7 pos di jalur Sembalun? Itu termasuk Pelawangan atau belum? Basecamp dihitung juga gak sih?”

Gw cuma bisa jawab:
“Posnya banyak… tergantung kamu kuatnya sampai mana.”

Satu Pos, Seribu Rasa

Di atas kertas, jalur pendakian Gunung Rinjani via Sembalun memang punya 7 pos utama sebelum sampai ke Pelawangan. Tapi jujur aja, kenyataannya… setiap jarak antara dua titik itu bisa terasa kayak 10 pos. Kadang satu bukit doang bisa nguras emosi lebih dari drama Korea 16 episode.

Gw masih inget waktu naik ke Pos 3. Napas udah ngos-ngosan, kaki mulai gemetar, tapi yang paling berat justru isi kepala. Di sanalah titik pertama gw nanya ke diri sendiri:
“Ngapain sih lo naik ke sini?”

Tapi begitu sampai, duduk di tanah, nyandar ke carrier, dan liat awan mulai numpuk di bawah, hati langsung lembut. Kayak ada bisikan kecil:
“Lanjut aja. Gak usah buru-buru.”

Pos 4 sampai Pos 7: Tes Mental Sebenernya

Jangan tanya medan. Dari Pos 4 ke Pos 5, tanah mulai miring, kerikil licin, dan angin mulai main keras-keras. Tapi yang bikin pengen balik bukan cuma fisik. Pikiran kita tuh mulai main. Muncul tuh suara-suara:

“Lo tuh bukan anak gunung.”
“Ngapain capek-capek, udah turun aja.”
“Orang lain bisa, lo belum tentu.”

Tapi satu langkah, dua langkah, dan akhirnya… lo sampai di Pos 5.
Kaget sendiri.

Dan itu belum puncaknya.
Pos 6 dan 7 itu udah kayak simulasi hidup. Lo bener-bener diuji. Oksigen makin tipis, jalan makin terjal, dan kalau gak siap mental, bisa-bisa lo nyerah cuma gara-gara pikiran sendiri.

Pelawangan: Titik yang Bikin Nangis Diam-Diam

Pas nyampe Pelawangan, lo gak perlu banyak kata.
Ada tenda-tenda warna-warni, ada gunung Agung kelihatan nun jauh di sana, dan Danau Segara Anak di bawah kayak surga kecil yang sengaja disembunyiin Tuhan.

Di sini, semua pos sebelumnya terasa kayak perjalanan menuju diri sendiri. Lo inget semua keluh, semua marah, semua nyesel kenapa ikut naik. Tapi di saat yang sama… lo juga sadar,
“Ternyata gue bisa sampai sini.”

Dan dari Pelawangan ke puncak?
Bukan lagi soal berapa pos.
Itu soal hati. Lo mau lanjut atau cukupkan di sini.

Jadi, Ada Berapa Pos di Gunung Rinjani?

Kalau lo nanya ke Google, jawabannya mungkin 7.
Kalau lo nanya ke porter, mereka bisa nyebut 10 lebih, karena tiap spot istirahat bisa jadi “pos dadakan.”
Tapi kalau lo tanya ke pendaki… yang udah lewat jalur itu berkali-kali…
Mereka bakal jawab:
“Pos itu gak bisa dihitung cuma pakai angka.”

Karena setiap pos adalah ruang jeda.
Tempat buat lo duduk, ngelurusin kaki, dan dengerin suara hati.
Kadang di satu pos lo nemu temen baru.
Kadang lo nemu luka lama yang baru bisa sembuh di antara pohon-pohon itu.
Kadang lo cuma diem, minum air, dan ngerasa cukup.

Pendakian Bukan Perlombaan

Naik Rinjani tuh bukan tentang siapa yang paling cepat sampai puncak.
Tapi tentang siapa yang bisa tetap utuh saat turun.

Banyak yang kejar summit tapi lupa jaga hati.
Ada yang kuat fisik tapi drop pas lihat tanjakan pasir terakhir.
Ada juga yang cuma niat sampai Pelawangan, tapi malah nemuin hal paling berharga di tengah perjalanan.

Makanya, kalau lo mau muncak ke Rinjani, entah lo naik dari Sembalun atau Torean, jangan cuma siapin fisik.
Siapin juga hati.

Dan soal berapa pos?
Itu relatif.
Karena kadang… satu langkah aja udah cukup buat jadi “pos” buat istirahat.
Dan kalau lo butuh kendaraan buat sampai basecamp, ya tinggal sewa mobil Lombok lepas kunci.
Biar lo bisa simpen tenaganya buat yang penting-penting aja:
Bertemu dengan versi terbaik dari diri lo sendiri di atas sana.

Akhir Kata…

Gunung itu gak pernah bohong.
Dia gak pernah nge-judge siapa yang nyampe dan siapa yang enggak.
Dia cuma nunggu.
Sambil bisik pelan:

“Aku akan tetap di sini. Sampai kamu siap.”

Dan kadang… yang kita cari bukan puncaknya, tapi proses menuju ke sana.

Kalau lo udah sampai pos manapun hari ini,
baik di gunung atau di hidup ini…
Itu juga progress.
Lo gak harus sampai puncak dulu buat ngerasa cukup.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *