Trekking ke Air Terjun Pusuk Lestari: Kombinasi Alam & Satwa

Beberapa hari lalu, gue nyetir sendiri dari Mataram menuju kawasan hutan Pusuk, daerah yang katanya masih jadi tempat nongkrong favoritnya monyet-monyet lokal. Tujuannya? Bukan cuma buat lihat satwa liar atau cari udara segar, tapi buat trekking ke satu tempat yang dari dulu gue denger namanya doang: Air Terjun Pusuk Lestari.

Gue gak tau kenapa baru sekarang punya energi buat ke sana. Mungkin karena akhir-akhir ini hidup gue kerasa makin sunyi. Bukan sepi yang hampa ya… tapi lebih kayak hening yang tenang. Kalau dulu dikit-dikit drama, sekarang tuh hati gue udah gak reaktif lagi.

Makanya, pas weekend datang, gue cuma bilang ke diri sendiri: “Ayo, cari keringat. Tapi yang bikin adem juga.”

Perjalanan Dimulai: Masuk Hutan, Ketemu “Warga Lokal”
Begitu masuk kawasan hutan Pusuk, suasananya langsung beda. Angin dari sela-sela pepohonan tinggi itu bikin dada plong. Di pinggir jalan, udah bisa ditebak: kawanan monyet nungguin turis sambil berharap dilemparin pisang.

Tapi yang bikin gue senyum sendiri, salah satu monyet itu duduk di pagar kayu, sambil nyantai kayak lagi piket. Serius. Ekspresinya tuh kayak, “Selamat datang di hutan gue, bro.”

Gue parkir mobil sewaan dari Lombok Permata, yang syukurnya suspensinya empuk banget—soalnya jalanan ke arah air terjun ini lumayan sempit dan berliku. Dari tempat parkir, tinggal jalan kaki sekitar 15-20 menit buat sampai ke air terjun.

Dan dari langkah pertama itu, gue ngerasa: wah, ini bukan sekadar trekking.

Trekkingnya Bikin Lupa Dunia
Jalur trekking ke Air Terjun Pusuk Lestari itu bukan jalur wisata yang penuh paving atau tangga buatan. Masih tanah asli, licin kalau habis hujan, dan ada beberapa titik yang mesti pegangan akar pohon.

Tapi itu justru yang bikin seru.

Setiap langkah gue lewati pohon-pohon besar, aroma tanah basah dan daun gugur langsung ngeblend sama suara serangga. Alam di sini gak cuma dilihat, tapi dirasain. Udara sejuknya masuk ke pori-pori kulit kayak bilang, “Tenang… gak ada yang harus kamu buru hari ini.”

Bonus: Bertemu Satwa-Satwa Alamiah
Pas lagi jalan pelan-pelan, gue kaget waktu ngelihat seekor burung berwarna biru terang melintas cepat di atas kepala. Guide lokal yang nemenin gue bilang itu burung kingfisher.

“Nggak semua orang beruntung bisa lihat itu,” katanya.

Dan entah sugesti atau bukan, sepanjang jalan gue ngerasa kayak lagi diapit kehidupan yang diem-diem ngawasin gue. Ada suara ranting patah di kejauhan. Mungkin kijang, atau monyet lain. Tapi semuanya terasa aman. Hutan ini kayak punya kode etik sendiri: selama lo gak ganggu, lo diterima.

Sampai di Air Terjun: Alam yang Lagi Nggak Mau Pamer
Air Terjun Pusuk Lestari gak tinggi-tinggi amat, tapi debit airnya cukup deras, jatuh dari celah batu dan membentuk kolam kecil di bawahnya. Suaranya tuh… lembut tapi mantap. Bukan yang nyembur kencang, tapi juga bukan bisik-bisik.

Kayak alam yang bilang, “Gue gak perlu spektakuler buat bikin lo diem.”

Gue duduk di batu besar, buka sepatu, celupin kaki ke air yang… astaga, dingin banget. Tapi rasa dinginnya tuh kayak reset tombol dalam kepala gue. Semua hal yang tadi numpuk di otak—deadline, notif WhatsApp, isi chat grup keluarga yang gak kelar-kelar—semuanya lenyap.

Yang ada cuma suara air, angin, dan detak jantung yang mulai tenang.

Trekking Itu Kadang Mirip Hidup
Gue sadar, trekking ke Pusuk Lestari ini kayak simbol dari banyak hal.

Kadang kita terlalu fokus nyari “pemandangan” sampai lupa nikmatin jalannya. Padahal justru di perjalanan itu kita ketemu kejutan—burung langka, monyet lucu, akar yang hampir bikin kepleset tapi malah bikin ketawa.

Dan kadang… justru tempat yang gak banyak orang tau itu yang bisa ngobatin kita.

Pusuk Lestari bukan tempat hits di Instagram. Tapi justru karena itu, dia gak sibuk nyari pengakuan. Dia cukup jadi dirinya sendiri—hutan yang sejuk, air terjun yang kalem, dan jalan setapak yang ngajak kita balik ke dalam diri sendiri.

Pulang dengan Badan Lelah, Tapi Hati Adem
Gue turun dari air terjun masih basah-basah, ketawa sendiri, dan entah kenapa… ngerasa kayak abis diajarin sesuatu.

Bahwa kita gak selalu perlu tempat mewah buat healing. Kadang, cukup jalan kaki 20 menit masuk hutan, ketemu air jernih, dan disambut angin yang jujur.

https://sewamobildilombok.co.id/Dan tentu aja, kalau lo pengen ke sana, Lombok Permata siap sedia jadi partner perjalanan lo. Mau sewa mobil lombok lepas kunci harian atau sekalian antar-jemput ke spot-spot hidden gem kayak gini? Tinggal bilang.

Air Terjun Pusuk Lestari bukan cuma soal air yang jatuh dari ketinggian.

Dia tentang perjalanan. Tentang pelan-pelan nyatu lagi sama alam. Tentang diem sebentar dari dunia yang terlalu keras. Dan mungkin juga… tentang kenalan lagi sama diri sendiri.

Kalau lo lagi cari tempat buat refleksi hidup, bukan buat flexing, coba ke sini deh.

Siapa tau… yang selama ini lo cari, ternyata udah nungguin lo di balik rimbunnya pohon-pohon Pusuk.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *