Ziarah ke Makam Wali Haji Lendang Nangka – Perjalanan Spiritual Bersama Lombok Permata

Beberapa waktu terakhir ini gue sering kepikiran soal perjalanan yang bukan sekadar jalan-jalan, tapi lebih ke arah hati. Biasanya kalau liburan ke Lombok, orang langsung mikirnya ke pantai: Senggigi, Kuta Mandalika, atau Gili Trawangan. Tapi kali ini gue punya pengalaman beda, yang bikin gue sadar kalau Lombok itu bukan cuma tentang keindahan alamnya, tapi juga punya sisi spiritual yang dalam.

Perjalanan itu dimulai pas seorang teman ngajak gue buat ikut ziarah ke salah satu makam wali di Lombok Timur: Makam Wali Haji Lendang Nangka. Awalnya gue agak ragu. Gue pikir, “Ziarah? Emang gue siap nih buat perjalanan yang lebih ke batin daripada sekadar jalan-jalan?” Tapi, entah kenapa hati gue bilang, ayo coba. Dan akhirnya gue pesan mobil di Lombok Permata biar lebih gampang ke sana.

Kenyamanan Perjalanan
Gue nggak mau bohong, jalan ke Lombok Timur itu lumayan panjang kalau dari Mataram. Tapi karena pakai sewa mobil Lombok lepas kunci dari Lombok Permata, perjalanan jadi lebih chill. Sopirnya ramah, ngerti jalan, plus mobilnya bersih dan wangi. Jadi meskipun perjalanan 2–3 jam, rasanya nggak capek-capek amat. Gue bisa selonjor, ngobrol, bahkan sempet tidur sebentar. Ini penting banget, karena buat ziarah, gue pengen pas nyampe itu hati dan badan lagi fresh.

Suasana Makam
Begitu sampai di Lendang Nangka, suasana langsung berubah. Nggak kayak destinasi wisata biasa yang rame sama pedagang atau turis, di sini lebih tenang. Makam Wali Haji Lendang Nangka dikelilingi pepohonan, udaranya adem, dan orang-orang yang datang juga bawa energi yang sama: khusyuk, hening, penuh doa. Gue sempet duduk lama di salah satu sudut, cuma ngedengerin angin sama suara burung. Aneh tapi nyata, hati gue rasanya lebih ringan.

Katanya, Wali Haji Lendang Nangka ini dulu penyebar Islam di Lombok. Kehidupannya sederhana, tapi ilmunya dalam, dan banyak orang yang ngerasa dapat berkah setelah berziarah ke sana. Gue pribadi, waktu doa di depan makamnya, bukan cuma minta hal dunia, tapi lebih ke minta hati yang tenang. Dan jujur, setelahnya emang ada rasa damai yang nggak bisa dijelasin dengan kata-kata.

Refleksi Pribadi
Di perjalanan pulang, gue mikir. Ziarah itu ternyata bukan soal “minta” aja. Tapi lebih ke mengingatkan diri kalau hidup kita tuh sementara. Ada orang-orang dulu yang berjuang bukan buat dirinya sendiri, tapi buat orang lain, buat generasi setelahnya. Dan kita sekarang tinggal nerusin, dengan cara masing-masing.

Kadang gue mikir, hidup modern ini terlalu bising. Notifikasi HP, kerjaan, drama sosmed. Tapi di tempat kayak Makam Wali Haji Lendang Nangka, semua itu kayak ilang. Lo jadi inget lagi sama esensi: bahwa yang paling penting itu hati yang tenang, bukan sekadar pencapaian yang bisa dipamerin.

Kenapa Lombok Permata?
Oke, gue cerita jujur aja. Kalau nggak pakai rental mobil Lombok, mungkin gue nggak akan nyaman jalan sejauh itu. Apalagi kalau harus mikir jalan sendiri, nyasar, atau ribet naik transportasi umum. Dengan Lombok Permata, semuanya lebih gampang. Lo tinggal duduk manis, sopir yang urus jalan. Lo bisa bawa keluarga, rombongan kecil, atau bahkan sendirian pun tetap aman.

Gue rasa itu yang bikin pengalaman ziarah ini lebih berkesan. Karena hati gue bisa fokus ke perjalanan batin, bukan ribet sama urusan teknis.

Ziarah yang Mengubah Perspektif
Sekarang, kalau ada yang nanya apa sih arti perjalanan ke Lombok buat gue, jawabannya nggak melulu pantai atau wisata. Justru perjalanan spiritual kayak ziarah ke Makam Wali Haji Lendang Nangka ini yang ninggalin bekas dalam. Gue jadi ngerti, kadang perjalanan terbaik itu bukan yang bikin kita capek motret atau heboh posting, tapi yang bikin kita diam, tenang, dan merasa lebih dekat sama diri sendiri.

Jadi kalau lo ke Lombok, jangan cuma mikir soal wisata alam. Coba juga sisi spiritualnya. Dan kalau mau ke sana, saran gue: pakai sewa mobil Lombok dari Lombok Permata. Lo bakal ngerasain perjalanan yang nggak cuma nyaman, tapi juga penuh makna. Karena di ujungnya, bukan cuma soal sampai tujuan, tapi juga soal bagaimana perjalanan itu bikin lo lebih “utuh” sebagai manusia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *