Beberapa waktu lalu gue lagi mikir, kenapa ya kalau liburan ke Lombok, orang-orang kebanyakan cuma fokus ke pantai? Senggigi lah, Gili Trawangan lah, Kuta Mandalika lah. Padahal Lombok itu bukan cuma soal laut biru dan pasir putih. Ada hal lain yang sama pentingnya: makanannya.
Dan dari sekian banyak kuliner khas Lombok, ada satu yang menurut gue underrated, tapi sekalinya lo coba, bisa bikin ketagihan. Namanya Ayam Rarang.
Awalnya gue juga nggak tau soal ini. Jujur aja, waktu pertama kali denger kata “Ayam Rarang”, gue pikir itu cuma nama ayam goreng biasa yang dikasih label biar keren. Ternyata enggak. Ayam Rarang itu punya cerita, punya tempat lahir, dan punya cita rasa yang bikin lidah lo nari salsa saking pedesnya.
Lokasinya? Sesuai namanya, ada di sebuah desa kecil bernama Rarang, di Lombok Timur. Kalau lo lagi liburan di Lombok dan udah puas main-main di spot wisata mainstream, cobain deh sekali-sekali belok ke desa ini. Jalannya nggak selalu mulus kayak jalanan kota, tapi justru itu yang bikin pengalaman lo lebih autentik.
Pertama kali gue ke Desa Rarang, gue nyetir mobil sewaan sendiri. Ya, di Lombok itu lebih enak kalau punya kendaraan. Mau rental mobil Lombok atau sewa mobil Lombok dengan supir juga bisa. Pokoknya fleksibel, yang penting lo bebas berhenti kapanpun kalau nemu spot menarik. Nah, pas masuk ke desa Rarang, suasananya langsung beda. Udara lebih seger, rumah-rumah sederhana, orang-orangnya ramah, dan yang paling penting… aroma sambal pedas itu udah kecium dari jauh.
Ayam Rarang khasnya bukan diolah ribet-ribet. Ayamnya biasanya digoreng setengah matang, terus disiram sama sambal cabe merah yang melimpah. Pedesnya? Jangan ditanya. Levelnya beda sama sambel warung biasa. Tapi justru di situlah letak kelezatannya. Lo makan suapan pertama, mungkin kaget. Suapan kedua, mulai keringetan. Suapan ketiga, lo nggak peduli lagi karena rasanya enak banget.

Dan uniknya, meskipun sambelnya super pedas, bumbunya meresap sampai ke daging. Jadi bukan sekadar pedes doang, tapi ada rasa gurih, asin, manis tipis, yang nyatu sempurna. Orang-orang bilang, makan Ayam Rarang itu harus siap sedia tisu, bukan buat mulut, tapi buat keringet di jidat.
Gue inget banget waktu duduk di warung sederhana di tepi jalan Desa Rarang. Mejanya kayu panjang, kursinya seadanya. Nggak ada interior Instagrammable, nggak ada AC, apalagi musik jazz ala kafe kota. Yang ada cuma suara orang ngobrol, anak-anak kecil main bola di tanah lapang, sama ibu-ibu yang sibuk ngulek sambel di dapur terbuka. Tapi justru suasana kayak gitu yang bikin rasa makanannya makin autentik.
Lo nggak cuma makan ayam, tapi juga ngerasain suasana desa yang asli.
Ada satu hal yang gue sadari setelah makan Ayam Rarang: makanan itu bisa jadi pintu masuk untuk bener-bener mengenal suatu daerah. Karena lewat satu piring ayam pedas itu, lo bisa paham gimana orang Lombok suka sama cita rasa berani, nggak tanggung-tanggung. Dan lo juga bisa liat gimana resep ini diwarisin turun-temurun dari dapur rumah ke warung-warung kecil, sampai akhirnya jadi kuliner khas Lombok Timur yang dicari-cari wisatawan.
Jadi kalau ada orang nanya ke gue, “Apa sih rekomendasi kuliner lokal di Lombok selain ayam taliwang?” Gue bakal jawab tanpa ragu: Ayam Rarang di Desa Rarang.
Tapi inget, pengalaman ini bakal lebih maksimal kalau lo datang langsung ke desanya, bukan cuma makan di restoran modern di kota. Karena sensasi pedes dan autentiknya beda. Dan buat sampe ke sana, ya lo butuh kendaraan. Makanya kalau lo lagi di Lombok, opsi sewa mobil Lombok itu paling praktis. Lo bisa nyetir sendiri biar bebas atur jadwal, atau sekalian pake supir biar lebih santai.
Gue rasa traveling itu emang nggak melulu soal foto-foto di tempat terkenal. Kadang, belok dikit dari rute turis justru bikin lo nemuin sesuatu yang lebih berkesan. Kayak gue nemu Ayam Rarang ini. Dari luar mungkin keliatannya cuma ayam pedes biasa, tapi setelah lo coba, lo bakal ngerti kenapa banyak orang balik lagi cuma buat makan di desa kecil ini.
Akhirnya gue sadar, perjalanan itu bukan cuma soal destinasi, tapi soal rasa. Dan di Lombok, rasa itu bisa lo temuin di sepiring Ayam Rarang, lengkap dengan keringat, senyum, dan cerita.
Jadi, kalau lo ada rencana liburan ke Lombok, jangan cuma siapin itinerary pantai atau gunung. Sisipkan juga satu sesi kuliner ke Desa Rarang. Karena di sanalah lo bakal dapet pengalaman makan autentik yang susah ditandingi.
Dan siapa tau, kayak gue, lo juga bakal pulang dengan cerita sederhana tapi membekas: tentang sambel pedes, ayam gurih, dan sebuah desa kecil di Lombok Timur yang bernama Rarang.