Wisata Ekologis ke Gili Petagan: Hutan Mangrove di Tengah Laut

Beberapa waktu lalu, gue sempet mikir…
Kenapa ya tiap kali jalan-jalan ke tempat yang jarang orang tahu, hati gue rasanya adem banget?
Bukan sekadar liburan, tapi kayak ada sesuatu yang nge-reset pikiran.

Nah, salah satu perjalanan yang bikin gue ngerasain itu adalah waktu ke Gili Petagan, Lombok Timur.
Tempat ini tuh unik banget, karena bukan sekadar gili dengan pasir putih atau laut biru, tapi… hutan mangrove yang tumbuh subur di tengah laut. Gue sendiri awalnya gak nyangka, bisa ada “hutan terapung” kayak gini.

Awal perjalanan gue ke sana dimulai dengan satu keputusan sederhana: “Sewa mobil aja deh, biar gampang muter-muter Lombok.”
Dan serius, itu keputusan paling bener. Karena dari Mataram ke Lombok Timur, perjalanannya lumayan panjang. Kalau gak bawa kendaraan sendiri, bisa ribet, apalagi kalau pengen fleksibel berhenti di spot-spot cantik sepanjang jalan.

Di mobil itu, gue sempet bengong juga. Jalanan sepi, sawah hijau terbentang, sesekali lewat bukit kecil yang bikin perjalanan gak monoton. Kadang gue mikir, kayaknya separuh healing gue tuh udah dimulai dari perjalanan daratnya, bukan cuma destinasinya.

Begitu sampai di desa terdekat, perjalanan lanjut naik perahu kayu. Nah, ini bagian yang bikin gue makin excited. Angin lautnya tuh kenceng, tapi adem. Airnya bening, ikan-ikan kecil keliatan dari atas perahu.

Dan perlahan-lahan, dari kejauhan, mulai keliatan gundukan hijau di tengah laut. Bukan pulau biasa, tapi hutan mangrove raksasa. Gue langsung mikir: “Wow, ini kayak dunia lain.”

Masuk ke area mangrove, suasananya berubah drastis. Tadi masih terik, tapi begitu pohon-pohon mangrove itu mulai nutupin perahu, hawa jadi sejuk. Suara angin ketemu suara burung, kadang ada cipratan air kecil karena ikan lompat.

Gue duduk diem, ngeliatin semua itu, dan ngerasa kayak lagi ditenangin langsung sama alam.
Ada sesuatu yang hening, tapi heningnya bukan kosong. Lebih ke… penuh kehidupan.

Salah satu hal yang gue pelajarin dari perjalanan ini adalah: ekowisata kayak Gili Petagan bukan sekadar tempat indah buat foto-foto, tapi juga pengingat.
Mangrove itu kan pelindung alami dari abrasi, tempat berkembang biak ikan, dan penyaring air laut.
Tanpa mereka, mungkin garis pantai Lombok gak akan seindah sekarang.

Dan lucunya, gue baru sadar kalau manusia tuh sering lupa sama “penjaga senyap” kayak gini. Kita sibuk ngejar pantai instagramable, tapi lupa sama hutan kecil yang jadi alasan kenapa laut tetap hidup.

Di sela perjalanan, pemandu perahu cerita kalau dulu, pas zaman penjajahan Jepang, Gili Petagan ini dipakai buat persembunyian kapal selam. Gue sempet bengong. Hutan mangrove yang sekarang kelihatan damai banget, dulunya jadi saksi perang. Rasanya kayak lagi duduk di museum hidup.

Gue ngebatin: “Alam tuh pinter ya. Setelah segala kerusakan yang manusia bikin, dia bisa sembuhin dirinya sendiri, sampai kita bisa nikmatin keindahan ini lagi.”

Selesai eksplor, gue balik lagi naik perahu ke daratan. Di perjalanan pulang naik mobil, gue merenung.
Ada rasa syukur karena punya akses ke tempat-tempat kayak gini. Dan ada juga rasa lega, karena gue bisa pilih cara perjalanan yang nyaman, gak ribet, berkat Jasa rental Mobil di mataram, lombok. Bayangin kalau harus naik angkutan umum bolak-balik, pasti udah capek duluan sebelum sampe.

Buat gue pribadi, perjalanan ke Gili Petagan itu bukan sekadar wisata.
Lebih kayak reminder, bahwa liburan terbaik bukan yang paling mewah, tapi yang bikin lo pulang dengan hati lebih ringan.
Dan entah kenapa, sejak dari sana, gue jadi punya kebiasaan baru: kalau lagi stres, gue inget lagi suara angin di antara mangrove itu. Ajaibnya, langsung bisa bikin gue tenang.

Jadi kalau ada yang tanya:
“Kenapa harus ke Gili Petagan?”
Jawaban gue simpel: karena di sana lo bakal sadar kalau healing sejati itu gak melulu dari kafe estetik atau hotel bintang lima.
Kadang, healing itu sesederhana duduk di perahu kecil, masuk ke hutan mangrove, dan ngedengerin alam ngobrol pelan sama lo.

Dan kalau lo mau ke sana, serius, sewa mobil aja di Lombok. Percaya sama gue, perjalanan darat yang tenang itu bagian dari pengalaman, bukan sekadar transportasi.

Akhirnya gue ngerti, liburan kayak gini tuh bukan soal kabur dari rutinitas. Tapi lebih ke cara buat balik dengan energi baru.
Dan Gili Petagan udah kasih gue itu.

Kalau lo lagi nyari liburan yang beda, yang gak sekadar foto pantai atau sunset, coba deh Gili Petagan.
Siapa tahu, di sana lo nemuin ketenangan yang udah lama lo cari.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *